Rabu, 25 Juli 2012

PENGEMBANGAN MODEL WISATA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH


Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran akan berhasil dengan baik jika semua komponen tersebut saling mendukung.

Dit. Tendik (2010) menyatakan bahwa salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide. Guru mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan berbagai cara kepada siswa agar dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri siswa yang melakukannya.

Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, yaitu segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Sumber daya pendidikan tersebut meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana (UU Sisdiknas, 2003). Menurut Warpala (2005), salah satu masalah belajar dan pembelajaran adalah belum digabungkannya pandangan-pandangan yang bermanfaat mengenai kondisi belajar ke dalam desain pembelajaran. Desain pembelajaran atau desain instruksional adalah pendekatan secara sistematis dalam pengembangan dan perencanaan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional (Anasuryana09, 2012). Desain sistem instruksional meliputi perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi, kegiatan instruksional, sistem penyajian materi dan kinerja lingkungan belajar saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mewujudkan hasil yang dikehendaki.

Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 45 ayat (1) menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Sekolah sebagai tempat untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran dengan segala komponen sumberdaya pendidikannya diharapkan merupakan tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik. Dit. Tendik (2010) menyatakan bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengelolaan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya yang diusulkan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan wisata.

Pengelolaan pembelajaran berbasis kompetensi dengan pendekatan wisata sangat sejalan dengan program pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor  19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. I Nyoman Degeng dalam Soejanto (2010) menyebutnya penyelenggaraan pembelajaran tersebut sebagai pembelajaran i2m3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi). Dit. Tendik (2010) menyebut pembelajaran tersebut sebagai PAIKEM yang merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis/Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.

Soejanto (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Sekolah yang nyaman diharapkan dapat mengubah sikap peserta didik menjadi dinamis, demokratis, aktif, kolaboratif, dan ceria. Sekolah bagi anak-anak jauh dari gambaran keadaan tempat yang menjemukan, apalagi menakutkan, tetapi mencerdaskan secara komprehensif (Soejanto, 2010). Upaya menciptakan suasana sekolah yang nyaman dengan pendekatan wisata dapat mengadopsi model pendidikan rekreasi. Pendidikan Rekreasi proses ajar melalui kegiatan rekreasi dan sekaligus pula sebagai proses ajar untuk menguasai aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pengertian pendidikan rekreasi yang lain adalah suatu program pendidikan non-formal yang menyediakan kesempatan bagi setiap individu untuk mengembangkan keterampilan jasmani, sikap sosial, mental kebiasaan dan penghayatan (psiko-sosial) dan keterampilan intelektual (kognitif) secara harmonis dan proporsional yang pada gilirannya nanti akan membentuk kepribadian serta tingkah laku seseorang (Elani, 2009).

Wikipedia (2010) menyatakan bahwa rekreasi berasal dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti 'membuat ulang'. Rekreasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang secara sengaja sebagai kesenangan atau untuk kepuasan, umumnya dalam waktu senggang. Rekreasi umumnya berdampak pada rasa senang tingkat kesehatan fisik dan mental manusia. Oleh karena itu dalam pembelajaran berbasis kompetensi dengan pendekatan wisata perlu dilakukan desain pada semua komponen sumberdaya pendidikan agar memenuhi kepuasan peserta didik.

Sumber: diolah dari berbagai sumber